METODE PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PERGURUAN TINGGI Arif Rahman Hakim Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi Abstrak Penggunaan metode pembelajaran haruslah sesuai dan selaras dengan karakteristik mahasiswa, materi, kondisi lingkungan (setting) di mana pengajaran berlangsung. Secara garis besar metode mengajar dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yakni metode mengajar konvensional, dan metode mengajar inkonvensional. Metode mengajar konvensional yaitu metode mengajar yang lazim dipakai oleh guru atau sering disebut metode tradisional. Civilization 6 pirate bay. Sedangkan metode mengajar inkonvensional yaitu suatu teknik mengajar yang baru berkembang dan belum lazim digunakan secara umum. Dengan demikian maka, kemampuan dalam menyelaraskan kedua metode pembelajaran tersebut dengan konteks dimana pembelajaran dilaksanakan akan menjadikan pembelajaran menjadi lebih efektif dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan.
![Buku bahasa indonesia untuk perguruan tinggi pdf Buku bahasa indonesia untuk perguruan tinggi pdf](https://2.bp.blogspot.com/-54kyJlKytRg/WGslFYx4OXI/AAAAAAAABnI/g16HWlzaxQg6r6kfiU1HG6K6mUZDhJGVQCLcB/s1600/buku%2BSMP.png)
Demikian halnya dengan pembelajaran pendidikan agama Islam di Perguruan Tinggi, diperlukan, selain perencanaan, juga berbagai metode pembelajaran agar proses transformasi pengetahuan, sikap dan keterampilan keagamaan dapat berjalan dengan baik dan maksimal. Kata-kata Kunci: pendidikan Agama Islam, metode pembelajaran A. Pendahuluan Menurut Zakiyah Darajat, pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Azizy mengemukakan bahwa esensi pendidikan yaitu adanya proses transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan dari generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu ketika kita menyebut pendidikan Islam, maka akan mencakup dua hal, (a) mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam; (b) mendidik siswasiswi untuk mempelajari materi ajaran Islam – subjek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.1 Seorang pendidik yang selalu terlibat dalam proses belajar mengajar, kalau benar-benar menginginkan agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien, maka penguasaan materi saja tidaklah mencukupi. Ia harus menguasai berbagai teknik atau metode penyampaian materi yang tepat dalam proses belajar mengajar sesuai dengan materi yang diajarkan dan kemampuan anak didik yang menerima.
![Bahasa Bahasa](https://0.academia-photos.com/attachment_thumbnails/51878121/mini_magick20180815-27050-1baw2oq.png?1534364941)
Pemilihan teknik atau metode yang tepat kiranya memang memerlukan keahlian tersendiri. Para pendidik harus pandai memilih dan mempergunakan teknik atau metode yang akan dipergunakannya.2 Perguruan tinggi merupakan puncak sistem persekolahan diharapkan mampu menunjukkan kebenaran akan masalah-masalah pendidikan atau masalah lain, atau berperan sebagai pembina generasi muda dan perintis ke masa yang akan datang. Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan yang kreatif memerankan peranan penghubung para sarjana dengan masyarakat, hasil penelitian dengan para pemakai, dan pemerintah dengan rakyat.3 Kedudukan pendidikan agama, secara kurikuler, mungkin terdapat perbedaan pendapat atau nuansa. Meskipun pada dasarnya hampir di seluruh perguruan tinggi, agama merupakan mata kuliah yang tergabung dalam rumpun mata kuliah umum namun mata kuliah agama memiliki karakter dan sifat yang berbeda dengan mata kuliah-mata kuliah umum lainnya. Pengelompokan mata kuliah agama dalam rumpun tersebut dipandang sebagai salah satu mata kuliah yang memberikan pembinaan dasar kepada mahasiswa sebagai manusia. Dengan perkataan lain, mata kuliah tersebut merupakan salah satu mata kuliah yang dipersiapkan untuk pembinaan aspek manusiawinya.4 1 Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT.